Senin, 11 Juni 2012

Catatan Terakhirku

Aku tahu ketika aku menuliskan ini, engkau tengah menikmati hari bahagiamu. Dan aku juga tahu salah satu orang yang tak pernah engkau harapkan datang hadir di hari bahagiamu itu adalah aku,”
Terima kasih engkau”, terima kasih telah lupa dengan diriku, pura-pura melupakanku bahwa di semesta pikiranmu pernah ada aku, sekarang aku cuma bisa berkata kepadamu” semoga engkau bahagia dengan semua itu.
Aku yang terlupakan.
engkau, lama tak ada tulisan tentangmu.
Tak seperti dulu
dulu, hampir setiap waktu, selalu ada kata untukku.
Apa kabarmu sekarang?…
Ah basi ya? Biarlah, aku hanya ingin mengulang kembali kebiasaan lamaku, sekedar megalirkan metafor basa-basi menyapamu, seperti orang ketemu, bertanya kabar meskipun tak mau tahu dengan kabar yang ditanyakan itu,…ah basa-basi bagiku.
Tapi, kali ini agak lain basa-basiku tidak hanya itu.
Coba dengarkanlah aku.
Tuhan, apakah sinyalmu tidak cukup kuat menerima SMS yang telah aku kirimkan Kepadamu?
Ataukah, mungkin jaringanmu sedang sibuk megurus pesan-pesan lain yang lebih penting dari pesanku itu?
Tuhan apakah karena hanya aku memakai kartu perdana murahan, dan handphone monophonik sehinggga SMSku tak sampai Kepadamu?.
Ataukah nomor pusat servis pesanku keliru sehingga salah sambung pesanku entah kemana?.
Tuhan, katanya servisMu 24 jam online tanpa henti, tapi mengapa SMSku tak juga Engkau Balas?.
Padahal aku juga sudah kirimkan SMSku di saat diskon specialmu, yakni di sepertiga malam-Mu karena aku yakin tak banyak orang yang menghubungi atau berkirim pesan kepada-Mu. Tapi mengapa sampai detik ini menunggu tak juga Engkau balas SMSku, padahal aku menunggu Tuhan.
Tuhan,apakah aku salah kirim ke nomor yang lain?
Tapi kurasa benar,sebab di ktab keabadian warisan nabi-Mu sudah kubaca benar itu nomor-Mu,Tuhan.
Tapi mengapa engkau tak segera membalas SMSku Tuhan,padahal aku menunggu.
Kalau aku harus menelepon,sayang aku tak punya cukup pulsa untuk itu. Dan seandainyapun ada aku kuatir Engkau tak mau terima teleponku, karena Engkau tahu aku banyak salah dan kilaf kepada-Mu.
Sekali-kali SMS aku dong Tuhan. Aku akan sangat senang jika ada pesan khusus dari-MU. Aku akan melonjak-lonjak girang dan tanpa lama ku balas ‘ Terima kasih Tuhan’ kontan.
Namun mengapa Tuhan tak kunjung kau balas pesanku?
Padahal aku cuma ingin tahu Tuhan,apakah benar kabar yang kau dengar itu, apakah benar ini hari kebahagianya (untuk seseorang di jauh sana), namun mengapa tak ada pemberitahuan dan undangan darinya.dan apakah benar orang yang tak pernah di harapakan datang adalah ‘Aku”. Kalau memang iya Tuhan tolong sampaikan kataku ”Semoga dia bahagia”.
Ya sekedar basa-basi tapi punya arti bagiku
Karena memang Tuhan tak butuh dengan kata-kataku itu.
Namun engkau waktu?
Adakah Deja vu itu?
Engkau jangan terus maju waktu,kembalikan aku ke masa lalu, yang indah itu.
Aku masih punya mimpi, aku masih punya cinta yang sanggup mengetarkan seluruh urat syarafku, memeras gelora air mataku. Kenangan itu….
Ya sebuah kenangan yang kelak akan aku buka kembali pada episode masa depanku, yang jauh itu, bersama kata yang tak pernah sanggup menggenggam bahasa jiwaku, tentang aku dan kamu.
Dan sekarang…, ya sekarang aku hidup di ini waktu.
Menggores pena bersama berjalannya sang waktu.
Dan dirimu…
Kalau aku punya hari yang indah teryata dirimu punya yang lebih dariku..
tapi kenapa dirimu tak beritahu aku..
Hhhmmm….aku tahu, dirimu sengaja tak mengabariku karena engkau kuatir aku iri denganmu, iri dengan hari bahagiamu, iri dengan hari indahmu he..he.. tapi sory ya, engkau keliru kalau berpikir begitu.
Ya daripada salah dan membuat muka merah,..ah…yang pasti engkau sengaja melupakanku,supaya ada tulisan ini untukmu. Terima kasih engkau, telah membangunkan imajinasiku. Tapi maaf ini bukan surat cinta yang sering orang tuliskan itu. Dan aku yakin engkau juga punya kata itu.
Malam !….
aku ingin bertanya kepadamu…
jangan hanya kelam dan hitam kepadaku, diam membisu dalam keheninganmu.
Adakah cinta itu abadi?
Adakah persahabatan itu sejati?
Adakah sebuah hukum alam yang mampu mengubah cinta menjadi benci?
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu tidak aku mengerti malam!.
Ok lah!…kalau engkau juga tak tahu,aku juga tak akan memaksamu untuk menjawab itu.
Aku cuma ingin engkau setia menemaniku, membiarkan aku termenung dengan khayalan kehidupanku.di bawah kerlip bintang-bintang di langit sayapmu.dan jangan pergi meninggalkanku, hingga datang mentari kan menjagaiku…
oh malam….kenapa tiba-tiba aku bisa melihat diriku…. sedang apakah aku diriku… kenapa ada kamu di situ… ya Tuhan benarkah yang aku lihat itu?…
mimpikah aku?…
sadarkah diriku?….
sungguhkah dengan yang aku saksikan itu?…
akukah yang palsu atau dia yang semu?….
tapi mengapa dengan  kepura-puraanmu tak melihat diriku dan menyambut kedatanganku dengan senyummu yang indah itu,”karenakah orang itu, yang sekarang duduk mesra disampingmu itu?”…….,
lihatlah malam,….. aku disini,saksikan aku,karena hanya engkau yang tahu dan peduli denganku,
“Air mata ini adalah air mata kebahagianku, bahagia karena melihat dirimu bahagia, bahagia karena sekarang engkau telah menemukan separuh yang hilang dari dirimu,yang terbaik dalam kehidupanmu”.
Katakan padanya malam,
”Aku juga turut berbahagia,dan cuma bisa berkata,semoga engkau juga bahagia, baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a baina kuma fi khair”.
Padahal malam,kata-kata itu aku ingin ucapkan sendiri di depannya sambil menjabat tangan orang yang ada di dekatnya.karena aku tak mampu malam,tolong bilangkan itu padanya….
bahagia?….
apakah arti bahagia itu?….
adakah bahagia itu adalah air mata?….
ataukah mungkin pepatah ini arti bahagia?…
Kebahagian adalah menemukan seseorang untuk kau peluk saat kau menangis,berbagi perih bersamanya, dan kesedihan adalahsaat kau tertawa sendirian”.
Tapi aku perih malam……
perih kesediahan….
perih karena dalam kenyataannya tidak bisa melihat dia bahagia…
perih karena aku tak pernah ia harap untuk hadir ikut merasakan dia bahagia.
Kenapa dia begitu?…
adakah itu di sengaja?..
tapi dia baik…. tak pantas ku menyalahkannya.
Tapi siapakah?…
takdirkah?…
ngak… takdir gak salah.
Namun….
Hidup yang tak pernah dipertanyakan adalah hidup yang tak pernah layak diteruskan.
Itulah guruku yang pernah bilang….
dan me…..
Love or just hate mebut pare me with your indefference,cintai aku atau sekalian benci aku, asal jangan kau acuhkan diriku.
Toh…
Tak semua yang dapat di hitung, diperhitungkan, dan tak semua yang dapat diperhitungkan dapat di hitung.
ah… apa lagi ini…
Namun begitulah cerita hidup dan cintaku.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih anda telah membaca artikel Ini. Tak lengkap rasanya jika kunjungan anda di Blog ini tanpa meninggalkan komentar. Untuk itu silahkan berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.